Facebook
RSS

Kisah Pemuda Yang Lolos Dari Pembantaian Breivik

-
Admin

Anders Behring Breivik

"Ini adalah lanjutan kisah pembantaian di Norwegia, jika belum membaca asal cerita pembantaian tersebut, silahkan baca dulu disini".

Adrian Pracon, boleh jadi tidak akan melupakan Jumat, 22 Juli, seumur hidupnya. Pada hari itu, pemuda itu lolos dari maut sebanyak tiga kali. Kejadian berawal ketika seorang pria berseragam polisi mulai melepaskan tembakan di Pulau Utoeya, tempat perkemahan kelompok muda Partai Buruh Norwegia dan membantai 92 orang lainnya.

Sebagian besar dari 600 peserta kontan menuruni bukit dan melompat kedanau, tidak terkecuali Pracon. Teriakan sang penembak, yang belakangan diketahui bernama Anders Behring Breivik, masih terngiang di telinga Pracon, “Kamu semua akan mati!”

Di danau dengan kedalaman 100 meter itu, Pracon berenang menggunakan sepatu bot dan pakaian lengkap sehingga nyaris tenggelam. Dalam kondisi itu, dia memilih berbalik ke pinggir danau dan berjongkok di tepian. Pracon tidak menyangka saat dia menengadah, sang pelaku sudah berdiri di hadapannya. Nyawa Pracon seolah tinggal beberapa detik saja.

Di situasi genting tersebut, dia berinisiatif untuk berbicara kepada pelaku. “Apakah kamu hendak melukai sesama orang Norwegia? Saya mohon, jangan tembak.”

Ajaib, Breivik mengarahkan moncong pistolnya ke arah lain dan mulai memberondongkan peluru ke sejumlah orang.

Seperti adegan dalam ?lm thriller Hollywood, Breivik kembali menemukan Pracon yang bersembunyi bersama 10 orang lainnya.

Suara memohon bersahutan, tapi diikuti dengan bunyi tembakan. Pracon sontak mendapat ide untuk berpurapura mati dan memeluk salah seorang korban tewas. Saat dia memejamkan mata, bunyi langkah kian mendekat.

Dengusan napas pun dia rasakan di tengkuknya. Tibatiba, dor! Pendengaran Pracon seketika hilang, berganti sakit luar biasa di bahu bagian kiri. Pracon memang tertembak, tapi Breivik gagal membunuhnya lantaran peluru bersarang kurang beberapa sentimeter dari kepala.

Setelah dua insiden beruntun terjadi dalam satu hari, publik Norwegia termangu tidak percaya. Sebanyak 4,8 juta orang di negara itu seakan masih mengira dua peristiwa itu
hanyalah mimpi buruk. Maklum, tingkat kejahatan di Norwegia terbilang rendah. Sebaliknya, tingkat kesejahteraan mereka tinggi, terbukti dengan produk domestik bruto senilai US$381,77 miliar.

“Ini sangat tidak masuk akal. Norwegia adalah negara teraman dan paling damai di dunia, setidaknya pernah. Mungkin Norwegia tidak seaman sebagaimana yang selalu kami pikirkan,” kata Beate Karlsen, 39, didekat blokade polisi yang memalangi kantor perdana menteri di Oslo.